Terluka

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter

Walid,
Tatkala aku tersedar dari lena,
Benak fikiran ini menjadi kusut,
Tak banyak kata mampu dilafazkan,
Hanya juraian air yang tidak mampu diseka,
Pantaskah engkau diberi curahan rindu?

Hingga kini,
Perilakumu, tuturmu ku peduli,
Ucapannya terasa seperti bahangnya mulut naga,
Jiwa tersentap kian menjadi luka,
Si gebulah menjadi tempat berkongsi,
Itulah si puteh.

Tatkala diri melayan perasaan,
Lengan menjadi santapan mataku,
Kekalnya disitu tinggalkan bekas,
Kerna itulah benci kian membuku,
Semakin teringat semakin terluka,
Itulah didikannya si walid.

Walid, engkau menjadikan diriku begini,
Jangan sesekali ku dipersalahkan,
Kerna kau, benci kian mengunung,
Memaafkan sekelip mata,
Melupakan ibarat nyawaku ditarik pencipta.

Asuhanmu telah membezakan dirimu,
Kekerasan diguna menjadi boneka sepertinya,
Luka kian menjadi parah,
Tak bisa dirawat,
Tak bisa dilupakan,
Kerna luka yang mendalam.

Namun,
Hadirnya bidadariku,
Lantas kesyukuran ku panjatkan,
Kerna,
Jalan yang gelap gelita telah disinari cahaya,
Jasanya tidak mampuku balas,
Namun, kini hanya mimpi buatku.

Senja kian berlabuh,
Angin-angin kian bertiup kencang,
Gugurnya hujan menangisi bersama,
Akurnya daku kehendak ilahi,
Akan ku titipkan doaku sentiasa,
Biarlah luka menjadi rahsia.